Bakteri Lalat dalam Perspektif Islam dan Sains


Lalat merupakan hewan unik yang disebut Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Hajj ayat 73 yang menyatakan bahwa sesembahan selain Allah tidak akan dapat menciptakan apapun, walau hanya seekor lalat, meskipun semua kekuatan disatukan untuk membuatnya. Lalat di masyarakat dikenal sebagai hewan yang kotor dan membawa penyakit, karena lalat suka hinggap di tempat – tempat yang kotor seperti bak sampah, selokan, dan sebagainya, kemudian terbang ke makanan, sehingga kotoran yang ia bawa dari tempat kumuh tersebut akan hinggap di makanan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, sekilas diketahui bahwa lalat adalah binatang yang kotor dan sering menjadi penyebab penyakit dan menularkan patogen berupa Salmonella, Shigella, dan sebagainya, serta sering disebut sebagai penyebab diare. Akan tetapi, fakta ilmiah menunjukkan hal yang berlainan. Lalat memiliki kebiasaan membersihkan diri hingga pada bagian terkecil tubuhnya, serta terbang dan mengepakkan sayap selama 30.000 kali pada tiap menitnya, sehingga dapat diketahui bahwa kotoran yang ada pada tubuh lalat sudah “rontok” bersama dengan kepaan sayapnya. Selain itu, penelitian di Universitas Colarodo, Amerika Serikat, bahwa lalat tidak hanya membawa penyakit, tetapi juga sekaligus membawa mikrobia yang bermanfaat. Sejalan dengan itu, penelitian oleh ahli biologi di King Abdul Aziz University dan Universitas Kairo juga menyatakan bahwa pencelupan lalat ke minuman dapat menurunkan jumlah mikrobia, dibandingkan dengan jika ada lalat yang hinggap tetapi dibiarkan pergi begitu saja tanpa dicelupan terlebih dahulu.

 Beberapa penelitian yang dilakukan ahli tersebut menjadi pembuktian bahwa apa yang Rasulullah SAW katakan pada puluhan abad yang lalu adalah benar, padahal Rasulullah SAW sendiri bukan orang yang bisa membaca dan menulis, sehingga sudah barang tentu tidak pernah melakukan penelitian ilmiah sebagaimana perkembangan iptek saat ini. Akan tetapi, Rasulullah SAW pada saat itu telah bersabda bahwa jika ada lalat yang jatuh ke dalam minuman, maka hendaknya dicelukpan terlebih dahulu secara keseluruhan, kemudian baru dibuang, karena di satu sisi lalat membawa penyakit, tetapi di sisi lain juga membawa penawarnya. Maka dari itu, untuk mendapatkan kondisi netral yang bebas penyakit, semua sisi tubuhnya harus ditenggelamkan.

Hal ini juga merupakan upaya untuk menghindari hal yang tidak dicintai Allah SWT, yaitu mubadzir terhadap makanan. Setelah mengetahui informasi ini, masyarakat seharusnya tidak lagi berpikir bahwa makanan yang dihinggapi lalat harus dibuang, tetapi justru tetap dimakan, tetapi dengan cara menenggelamkan seluruh tubuh lalat ke dalamnya, kemudian membuang lalat tersebut. Jika tidak ingin demikian, maka yang dapat dilakukan adalah dengan upaya preventif sebagaimana Rasulullah SAW, yaitu selalu menutup makanan, sehingga tidak ada lalat yang masuk atau hinggap di dalamnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH DISTRIBUSI BINOMIAL NEGATIF DAN GEOMERIK

www.abah.co.id : Senjata Tajam untuk Menebas Hambatan dalam Marketing Online